Pagi, siang, sore, malam terlalu cepat berganti.
Udara, air makanan masuk dan keluar tanpa sempat kusapa.
Tujuh mimpi pun semua kulupa.
Telinga, mata, sungguh kasihan mereka.
Ditempa, ditempa bertubi-tubi, tak henti.
Hati, belum sanggup kuelus lagi.
Maaf sayang, maaf.
Kita harus bertahan, mengeraslah, membatu, asal jangan menyerpih lagi.
Sayangku hatiku, hitam juga warna.
Walau tak cerah, biar dia ikut mewarnai perjalanan kita.
Tanpanya tak bisa kita mencumbu kuning mesra.
Nyawaku, hatiku, batu juga ciptaanNya.
Bukan, bukan sesuatu yang hina.
Biar dia mengeraskan kita selama kita bisa bertahan bersama.
Batu juga, turut menghangat bersama sinar mentari.
Hatiku, kotak pandoraku, biar kita tutup saja rahasia kita.
Tak ada guna, tak ada kuasa.
Mungkin dia lupa sudah menaklukkan kita.
Dengan semua janji dan tatapan hangatnya.
Maaf karena harus menyiksamu lagi.
Maaf ku tak sanggup menyuarakan kebenaran lagi.
Maaf kita harus menghirup rasa ini lagi.
Bertahan sayang, bertahanlah.
Tanpamu, ku sungguh hanya seorang zombie.