Wednesday, June 23, 2010

A cup of coffee


It's time for us to relax
In a peace heart
We need no man
Seat together with a cup of coffee

Four eyes in a high dream
So high that we can't touch
And when the reality makes us down
We just need a cup of coffee

Nothing
When you're blue
To say or to do
I just give you a cup of coffee

Scared of distance
Special place in your heart
And the coffee
Bring us together

Never like this
Need and love
Nothing for you
Just watch here
With a cup of coffee

Special place in my heart
The only one
Special time in my life
The only time
With a cup of coffee

Monday, June 21, 2010

Cantik di hari bahagia

Nikah oh nikah, kawin oh kawin.
Apakah sudah masanya? Memangnya usiaku berapa?

Lagi-lagi pagi ini kuterima invitation di Facebook, ada yang menikah.
Jawabannya? Peut-etre.
Bosan juga lama-lama.
Yah, jangan dibilang jahat donk, abis memang begitu-begitu saja acaranya.
Iya kan?
Datang setelah berdandan, isi buku tamu dan celengan, masuk pasti ada banyak orang, antri bersalaman, lalu berdesak-desakan mengerumuni makanan.
O la la.. C’est fatiguant!

Tawaran bermain musik di kawinan pun tak sepi-sepi, Alhamdulillah masih ada rezeki.
Kalo yang ini tak pernah ditolak.
Ada yang kawin? Butuh musik bagus harga murah?
Kami ahlinya!
Menyiapkan musik di acara pernikahan memang menyenangkan.
Aura cinta pengantin mau tak mau menular, bikin aku mau melompat ke pelaminan saja ! Haha!

Salah satu hal yang menempel di benak setiap menghadiri pernikahan adalah make up.
Yup, make up, dandanan.
Di sini, di Jakarta dan sekitarnya, menjelang pernikahan mempelai wanita akan mati-matian merawat diri, maksudnya merawat fisik mereka.
Dari diet, lulur, pedi-meni, creambath, sampe ratus!
I found that sweet..
Temen-temen yang tadinya cuek-cuek aja, jadi memperlakukan diri bak Cleopatra.
Tapi eh tapi, tak dinyana perjuangan panjang para wanita ini berujung tragis.
Heh? Kok bisa?
Iya, sorry to say, gals..
Gimana gak tragis, wong udah bening, mulus, kinclong, eh, didempul sana sini jadi kayak pemain lenong!
Hiks…
Tragis.
Beneran loh ini, coba deh lihat make up para pengantin wanita di sekitar kita, iya kan? Menor kan?

Dipikir-pikir, enak bener kerjaan para perias pengantin.
Dempul sana dempul sini, tutup muka pake tepung, sampe tebel, ngalahin celepuk.
Terus coret sana coret sini, kasih warna selaras baju.
Hijau, ya matanya jadi hijau. Lumutan, bu?
Biru, ya diwarnai biru. Eh, KDRT yah?
Abu-abu, tentu saja jadi mata abu. Kaya alien saja!

Bukan itu saja, ada lagi pernak pernik yang ditusuk sana sini, ronce bunga yang harus panjang, biar apa, gak ngerti juga.
Alih alih menjadi cantik, buatku, para pengantin jadi boneka ibu-ibu perias pengantin.
Maafkan daku ya semua, jangan tersinggung ya!
Cantik di hari bahagia seolah jauh dari nyata.
Yang ada malah jadi menor sana sini seolah biar langsung bisa dibedakan dengan para tamu.
Itu loh pengantinnyaaa...
Hehe..

Tapi eh tapi, tak semua pengantin wanita bernasib sama.
Sudah dua kali saya menemukan mempelai wanita yang cantik luar biasa.
Dengan sapuan make up tipis, jauh dari menor, hingga masih bisa dikenali wajah aslinya.
Dua orang, yang tak perlu lah saya tampilkan namanya.
Tapi benar, mereka sungguh cantik di hari bahagia.
Aura kebahagiaan terasa, wajah tak terasa asing di mata, garis-garis warna tipis indah membingkai, dua hal yang memastikan bahwa dia lah sang pemilik hari, pengantin putri.

Hhhhmm... apa ini tergantung selera sang pengantin? Sang perias? Atau jangan-jangan tergantung wajah mempelai wanita yah?
Haha.. Kartu mati sepertinya kalau yang terakhir ini.
Wajah oh wajah, bantulah aku untuk menjadi yang tercantik di hariku, nanti.

Thursday, June 17, 2010

Kerucut

Lingkaranku mengerucut
Lingkaran abrakadabra kerucut
Lingkaran terdalam
Kerucut cuma bersudut satu di dalam

Kerucutku datang setelah lingkaran
Lingkaran membias mengabur dari pandang
Melebar tipis hingga terurai
Membawa lintasan kabur bercerai

Lingkaran terhapus
Lingkaran terbuka
Kerucut mengatup
Kerucut menjulang

Bye bye oh lingkaran terdalam
Kusaksikan kau membuai dalam temaram cahaya malam
Bienvenue oh kerucutku sayang
Berdirilah yang kokoh hingga para mentari tenggelam

Dan sudutku, meringkuklah manis kau di sana!
Hangatkan sang pemuja setia
Bekukan bara dengan liur sejukmu
Tepiskan luka dengan buku lembutmu

Kerucut bersudut, ku.

Photo

Wednesday, June 9, 2010

K untuk Komitmen.

Perjanjian (keterikatan) utuk melakukan sesuatu; kontrak. (KBBI)

The trait of sincere and steadfast fixity of purpose; the act of binding yourself (intellectually or emotionally) to a course of action. (Wordnetweb)

"But you must not forget it. You become responsible, forever, for what you have tamed." (Antoine de Saint-Exupery)

Jika boleh mengutip dari diri sendiri, maka biarkanlah, K untuk sebuah Komitmen. Di atas segalanya.

Orang tua yang tak meninggalkan anak-anaknya, untuk alasan apapun.
Sahabat yang tak memilih sahabat lainnya, saja.
Kekasih yang tak meludahkan janjinya, sendiri.
Sahabat laki-laki yang tak mengalihkan tatap hanya untuk seorang wanita.
Teman berbagi yang tak sembarangan membagi, jika saja benar berhati.
Partner bisnis yang menghargai tiap kata, karena ada kata ada harga.

Niscaya berselimut damai lah Engkau di sana, Saint-Exupery.
Lihatlah! Para kamus mengamini, darahku pun mengaliri.
Damai. Damai. Hembusku, mengalun, menyelipnya di antara sela, hembus, hembusku.
Tiba kah di sana? Terasa? Itu hembusku, wahai santoku.
Hembusku.
Rasakanlah.

Dan kini, sudi kiranya Kau hembuskan kembali, duhai Saint-Exupery.
Bablas semua sela, hembus sekencangnya, hembus, hembuslah!
Agar sejuk wajah ini. Dama hati ini.
Lebih kencang lagi, santoku, lebih kencang lagi!
Terima kasih.
Iya, aku suka. Hembus kencang, kencang, hingga hilang sendiri di hati ini.
Hilang. Sendiri.

Kau tahu apa yang membuatku memujamu? Kau tak pernah takut sendiri.
Tak takut sendiri.

Kiri dan kanan; Tuhan mencipta dua tangan. Ku tahu pasti ada alasan.

Agar keduanya bisa saling berpegangan.

Photo