Showing posts with label ulang tahun. Show all posts
Showing posts with label ulang tahun. Show all posts

Monday, October 10, 2011

Mon Joyeux Anniversaire


B-day gal is in d houuseee!! Yaaayyy!!!

Hey ya all! Annyeong Haseyoo!! Ca va? Today's my day. I can say it that way, rite? I'm turning 28 now. What a number. *wink* How's my day so far? Smooth.

As I woke up this morning, I watched Running Man on my laptop until 8 a.m. and the consequence is I'm desperate to watch the next episode! ToT Ah, after that I was rushed to get prepared and thankfully the road seemed very kind to me. I kept my self busy along the journey, replying all the bday messages. Aaaa.. How I love it! A day when universe pray for my good without being asked or paid. Lol! How about my wish? My wish is just like everybody's wishes. They really send me very sweet wishes. And all I have to do is say, Ameeenn... =)

I no longer have the bday euphoria like years ago, I also don't have list of cadeau like I used to, I don't have bday cake with candles like I always have since years, I don't hold a small or big bday party, no more party. All I do have is a complete me. A 28 years old girl; with healthy mind and body, a happy soul, a dazzling histories and also surrounded with like million lovable people. How can I ask for more, then?

A perfect life from the perfect 10 (I was born on October -ten- 10th at 10 pm). Happy birthdaaayyy!!!! Biseeesss.... (Yes! I'm kissing myself!) Lol!

Joyeux Anniversaire!! 생일 축하 해요!! Happy Birthdaayy!!! Selamat Ulang Tahun!!!

Wednesday, June 15, 2011

Aujourd’hui, c’est à Yenq!


C’est jeudi ici, là bien sûr aussi.

C’est le seize juin au présent, l’anniversaire de quelqu’un.

C’est mon amie, ma meilleure amie.

C’est une fille, s’appelle Yenq.


Joyeux anniversaire, ma chérie.

Vois le soleil est bien éclairé.

Que ce jour soit beau, ma chérie.

Comme ces jours qu’on a passés.


Aujourd’hui c’est à toi.

Aujourd’hui tout le bonheur t’approchera.

Aujourd’hui nasto, dyence, dewo, karcut, boiq et moi volerons chez toi.

Aujourd’hui les anges seront occupés de noter nos prières, spéciales.


Que notre chère Yenq ait toujours de la bonne santé, des expériences superbes, des bonnes notes, des super repas, des petits amis charmants, de la paix d’âme, du succès, de l’amour et de la joie éternelle.


Amen.

Monday, April 25, 2011

Bercerita bersama sore – dua puluh dua

Hai Sore! Sungguh melelahkan ya perjuangan kita tiga bulan belakangan ini? Fyuuuhhh.. perjalanan pulang kantor dengan Transjakarta memang pergulatan bercabang tak berujung! Harus melawan para penyalip antrian, pengguna yang walau sudah sore herannya masih memiliki pasokan tenaga besar untuk saling mendorong, ditambah harus melekatkan tubuh di dalam bis dengan para pegawai kantoran lainnya yang sama-sama berkulit lengket hasil asinan keringat seharian, belum lagi kalau sial bertemu dengan orang-orang stres Jakarta! Halah...

Sudah, sudah. Jadi lupa tadi aku mau bercerita apa. Apa yah? Oh iya! Apa hadiah ulang tahun terindah bagimu? Iya, yang pernah kau terima. Apa saja, terserah! Coba ceritakan.

Pelangi? Ooohh.. manisnya... Benar, cantik luar biasa; l’arc en ciel. Beruntung sekali dirimu, Sore. Mendapat pelangi di hari ulang tahun. Pastilah kelakuanmu manis luar biasa, hingga Tuhan memberimu hadiah semanis itu.

Aku? Ada!

Hari itu usiaku genap sembilan belas tahun. Mahasiswa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sungguh kunantikan kedatangannya. Ulang tahun, kusuka. Rasanya, seperti segala kebahagiaan pastilah datang bersamaan, hanya untukku. Tak ada cacat, tak boleh ada cela. Walau nyatanya tak seperti itu, tapi aku tak pernah lelah berharap. Bangun tidur kuterima ucapan, doa dan hadiah dari keluarga tersayang di rumah. Keluarga yang telah tiga tahun menghiasi hari-hariku. Iya, aku sudah tak tinggal bersama Mama, Bapak dan Aran. Kau masih ingat?

Kukenakan baju tercerah yang kupunya, lalu pergi ku ke kampus. Masih satu daerah, di timur Jakarta. Ada tiga kuliah hari itu, tapi tak kuasa ku berkonsentrasi menyerap semua karena hati dan pikiranku melayang lebih cepat ke suatu tempat. Bagai deja vu. Asal kau tahu saja, aku termasuk mahasiswa yang rajin, Sore. Jarang bolos. Tidak seperti masa SMP dan SMA dulu. Kini, belajar sungguh menyenangkan, karena di universitas kita mempelajari bidang yang kita pilih, yang mestinya kita suka. Tak ada lagi itu nama-nama aneh tumbuhan, pasal-pasal yang bahasanya berbelit-belit, apalagi angka-angka yang memabukkan. Haleluya! Tapi tidak siang itu, aku memutuskan untuk membolos di pelajaran ketiga. Ada janji.

Jangan tertawa ya, Sore! Janji! Sini, kubisikkan rahasia. Sesungguhnya tiap ulang tahun aku meyakini, salah, maksudku mengharapkan pesta kejutan dari teman-teman. Kadang ku dapat, seringkali tidak. Hehehe.. Ya iya lah, masa pesta kejutan tiap tahun, bukan kejutan lagi namanya! Hahaha.. Pun hari itu, ku menantikan pesta kejutan selepas kuliah. Jadi lah ku buat janji istimewaku di tengah hari agar bisa ku kembali setelahnya tepat seusai kuliah ketiga dan kudapat pesta kejutanku. Yay! Jadilah ku mengendap-endap pergi dari kampus, tak ingin teman-teman mengetahui kepergianku hingga mereka berpikir aku tak akan kembali ke kampus lagi dan mereka kecewa hingga tak akan ada lagi pesta kejutan tahun depannya.

Sneaking. Aku pergi ke tempat janjian dengan bermetro mini, Sore. Warnanya seperti warnamu, oranye. Di tempat janjian aku akan menemui om ku, Mang Sukma, yang menawarkan untuk menemaniku hari itu, hariku. Sepanjang jalan ku terus mengendap-endap, takut-takut ada yang melihat. Karena ini pertemuan rahasia, tak boleh itu orang-orang tahu. Siang terik mengilapkan hitam rambut Mamang yang sudah tiba lebih dulu. Ah, wajah Mamang cerah, memang wajah macam itu lah yang kubutuhkan di hari ulang tahunku. Kunaikkan tingkat kecerahan wajahku dua tingkat saat itu. Satu untuk berterima kasih pada Mamang, satu lagi pada mentari.

Di sana kami, di bangku kayu panjang; Aku, Mamang dan Bapak. Iya, Bapakku. Dengan Bapak lah sungguh ingin kubagi hari ini. Bapak tampak sehat, gemuk dan bercahaya. Mengapa semua tampak berkilau ya hari itu? Bercengkerama kami, cukup lama. Bahagia kurasa. Tiba-tiba, teringat akan pesta kejutan di kampus, kukatakan kalau aku harus pulang. Mamang juga ikut pulang. Kucium tangan Bapak, pamitan. Bapak menarik tubuhku, dipeluk dan dikecupnya keningku sambil diselipkannya sesuatu di tanganku. Kugenggam, kubawa pulang.

Ku tiba beberapa saat setelah kuliah ketiga usai, teman-teman masih di sana, di halaman gedung E, jurusan kami. Tak ada pesta, tak ada kejutan. Tak apa. Kami bercanda dan bercanda di sana, menyenangkan. Beberapa orang teman menyadari kepergianku dan menanyakannya. Kujawab, rahasia. Lalu seperti biasa kami pun pulang ber-bis bersama, dan berpisah di pemberhentian masing-masing. Tiba giliranku turun, pamit.

Itu kita sore, kau dan aku. Dudukku di kursi ujung mikrolet, senyum-seyum sendiri. Oh, bahagianya berulang tahun! Seketika ku teringat kado selipan Bapak yang belum kubuka. Kuambil dari dalam tasku, selembar kertas terlipat-lipat. Kubuka dan kubaca.

Terbanglah wahai kupuku

Pandang dan sorot dunia seluasmu

Berikan keharuman setiap hinggap

Lahirkan rekah saat kau tinggal

Maka, kupuku peri dunia.

Tersedak rongga dadaku, tertusuk perih pelupuk mataku. Bulir-bulir air mata, menutup kado indah ulang tahunku kali itu. Hanya kau dan Tuhan yang tahu, Sore. Kepakan pertamaku hari itu.

Sunday, November 29, 2009

Putriku


Tunjukkan padaku bagaimana caranya menjadi gadis cantik tapi tak sombong.
Sulit, kan?
Tidak untuknya.

Tahukah kau bahwa anggun dan perkasa itu bersahabat?
Ban cokelat dan stiletto.
Kau harus kenal dia.

Buktikan padaku bahwa kau sahabat sejati, selalu ada kala ku tertawa dan menangis perih.
Tak pernah pergi.
Haruslah kau belajar darinya.

Dia, menghajar pria yang menciumku paksa.
Dia, menguras tabungannya demi membayar kesalahanku.
Dia, mewujudkan semua impian di hari ulang tahunku.
Dia, menangis bahagia mendengar pelangiku sudah di depan mata.

Mau menjadi psikolog katanya, padahal bisa menjadi dokter dengan tulisan indahnya.
Mau menikah dengan pria yang dicintainya, betapa ku bahagia melihatmu bersamanya.
Mau bersama orang-orang yang dikasihinya, lihatlah sekelilingmu sekarang, Sayang!
Mau banyak hadiah di hari ulang tahunnya, semoga kau dapatkan semuanya.


Selamat ulang tahun, Putriku!
Tiup lilin itu, ku kan selalu mengamini bersamamu.

Sunday, October 25, 2009

Bercerita bersama sore - satu

Sore, sedang apa?
Oh, lagi-lagi kau senyum-senyum sendiri menikmati kelakuan gadis-gadis cilik di padang rumput itu. Ah, tawa itu! Gelak damai yang seperti itu masih ada rupanya. Betapa Tuhan masih menyayangi kita. Iya, dan kau juga tak kunjung bosan mengunjungi kami, pastilah Ia sayang sekali.
Sore, tadi itu aku terkejut sekali saat terbangun dari tidur siangku. Karena tiba-tiba saja ingat kalau belum shalat Ashar, padahal ingat kalau adzan melantun tadi sekali. Nah, ketika wudhu dalam keadaan setengah sadar melintas lah itu kilasan mimpi tidur siangku. Tidak, bukan mimpi buruk, yang ini indah kok.

Kembali ku ke beberapa rumah mungil di masa kecil. Empat, tepatnya. Yang tiga rumah kontrakan dan yang terakhir rumah sendiri, rumah kami, bapak, mama, aku dan Aran. Saat itu entah berapa umurku, tapi masih kecil sekali, masih TK atau sudah SD, aku lupa.
Ada satu rumah kecil dan satu-satunya rumah kami yang berhalaman. Ada beberapa pohon mama di sana, tapi yang di pot-pot saja. Pohon-pohon yang berakar langsung di tanah pekarangan kami semuanya punya Pak Amu sang pemilik rumah, yang kini sudah almarhum. Kalau kau kubawa berkunjung kesini, setelah kau lihat itu pekarangan sederhana kami, kau akan masuk ke ruang tamu berukuran sedang, cukup untuk meletakkan sebuah meja kaca, sofa berbentuk huruf L dan sebuah lemari tempat pecah belah mama. Ruang itu sanggup memuat cukup banyak orang seingatku.

Aku ingat itu dua puluh lima Juni tahun berapa aku lupa, hari itu ulang tahun Aran, adikku. Dulu, waktu kami kecil ulang tahun artinya pesta dengan teman-teman, memakai topi kertas bertuliskan nama kami, memakai baju bagus, bernyanyi ”Selamat Ulang Tahun” dan ”Panjang Umurnya” bersama, memotong kue cantik nan lezat, dan membawa pulang kantong kue berisi jajanan-jajanan enak, jelly dan wafer superman selalu menjadi favoritku. Ah, kau pasti ingat semua itu, karena kau selalu menemani kami, Sore. Eh, apakah waktu itu kau juga senyum-senyum sendiri memandangi kami? Iya, kurasa.

Kembali ke hari itu, ke pagi saat mama memberitahu kami bahwa hari itu adalah hari ulang tahun Aran, maklum kami belum bisa mengingat ulang tahun kami sendiri dan aku tidak ingat kalau tanggal merupakan hal yang penting untuk kami. Kalau hari-hari kami ikuti benar pergantiannya, sambil terus menanti Sabtu dan Minggu. Mendengar berita bagus itu, Aran langsung menemui teman-temannya, teman-teman kami, guna mengundang mereka semua ke rumah, untuk berpesta. Entah berapa orang yang sudah dia undang saat itu, saat mama sedang berbelanja sayur mayur di gerobak keliling, saat seorang ibu tetangga bertanya padanya jam berapa acara Aran akan dimulai. Kaget mendengar pertanyaan itu dan tidak menunjukkan bahwa dia terkejut, yang ini salah satu kekhasan mama, mama menjawab jam empat sore. Itu kau Sore, sudah menjadi bagian dari kami. Sepulangnya dari berbelanja, mama memanggil Aran untuk menginterogasi, berapa orang yang sudah diundang, dan kenapa dia mengundang teman-teman tanpa sepengetahuan mama. Dengan polosnya Aran menjawab, banyak, dan karena tadi pagi mama bilang kalau hari ini ulang tahun Aran itu berarti hari ini saatnya berpesta. Kini aku bisa menertawakan kejadian itu, Sore. Lucu sekali. Ini contoh benturan orang dewasa dan anak-anak yang menggelikan untukku.

Tanpa menghabiskan banyak waktu, pergilah mama ke pasar Minggu, pasar terdekat dan terbesar di daerah kami. Berbelanja ia semua keperluan ulang tahun. Aku ingat sibuk sekali mama, dibantu beberapa orang tetangga. Aku juga sibuk, sebangunnya dari tidur siang aku sibuk mandi, memilih baju terbagusku, membantu mengisi tas-tas kue kemudian menyusunnya rapi. Aku ingat ada tumpeng nasi kuning karya mama, cantik sekali. Ada kue ulang tahun menggiurkan, sayang bukan rasa cokelat. Saat teman-teman sudah mulai berdatangan, Kak Mala, tetangga kami, menyuruhku untuk menemani Aran menyambut mereka. Aran, yang kala itu necis sekali dengan celana jins, kemeja merah dan dasinya. Aku, terlihat manis dengan baju berpita dan rok dengan warna dan motif senada, merah polkadot hitam. Kami harus memakai sepatu, kata mama. Tak lupa juga kupakai kaos kaki berendaku.

Ramai sekali sore itu. Kami bernyanyi, bermain, meniup lilin, memotong kue dan tumpeng, memakannya sambil difoto oleh tanteku, kalau tidak salah. Waktu itu malu sekali rasanya saat difoto. Malu sekali hingga kami sulit tersenyum dan bergaya. Hingga tanteku harus selalu menyuruh kami berdiri berjajar, merapat dan tersenyum. Oh, aku ingat juga kado-kado bagus yang Aran terima, banyak sekali. Ramai dan menggembirakan hati ulang tahun Aran kali itu. Haruslah kuberterima kasih padanya atas inisiatifnya mengadakan pesta. Satu-satunya pesta ulang tahun yang pernah kami punya. Ah, kenapa tidak kutiru caranya biar bisa kupunya pestaku sendiri?
Selamat Ulang Tahun Aran.

-bersambung-


Monday, October 12, 2009

Kepompong lalu kupu







Mari kawan, sini, kuberi tahu cerita kata kupu, kupu-kupu, papillon, namaku. Bukan benar-benar namaku, kau tahu itu. Tapi “nama”ku.

Hari itu, sepuluh Oktober dua ribu dua, lahirku ke dunia. Bukan, bukan tahun itu, tapi sembilan belas tahun lalu. Sembilan belas tahun lalu, kala kertasku masih kosong, putih. Dan sembilan belas tahun setelah itu, kertasku terisi guratan warna warni. Itu guratanku, guratanmu, warnaku, warnamu juga ada di situ. Kita bercerita bersama di kertasku, kau lihat itu?

Hari itu kudapat hari yang tak biasa, haruskah kusebut spesial? Tidak juga. Cerita baru, bab baru, banyak hal baru di hari itu. Pergiku ke tempat baru guna bersua dengan Bapakku, iya Bapakku. Berjingkrak hatiku dari pagi, berenyut jantungku kala jumpa tinggal sedikit lagi, itu dia, itu dia. Selamat ulang tahun katanya, sembari mengusap keningku dengan kecupan. Senangnya.

Sua bukan untuk selamanya, selalu begitu bukan? Aku pergi dulu, Bapak. Kudapat satu kecup lagi, bahagia. Diselipkannya lipatan kertas kecil nan tebal ke genggamku. Pasti ini hadiahnya. Benar kusuka berulang tahun.

Kubuka dan kubaca sendiri saja, kala itu. Mari kubacakan untukmu juga kawan, sayang. Hadiah dari Bapakku.

Kupuku peri dunia
Terbanglah wahai kupuku
Pandang dan sorot dunia seluasmu
Berikan keharuman setiap hinggap
Lahirkan rekah saat kau tinggal
Maka, kupuku peri dunia.

Sunday, October 11, 2009

Kupu lepas landas – di tahun ke dua puluh enam

Terlihat tenang sekali kupu, juga senang.
Terdengar hingga sini bisikan doanya, lanjutan mimpinya, kupu.
Terasa gelombang hangatnya, berselimut pemanjaan cinta.
Teralun menikmati senyum hangat, khas kupu.

Tercium aroma tubuhnya, paduan harum buah dan peluh.
Tertawa menggemakan tawanya, ringan nan mengundang terbang.
Tergegau menyaksikan hasratnya, benar sudah dewasa ia.
Tertegun melepas kupu ke langit berikutnya, terbang ia.
Selamat terbang kupu, selamat menghinggap.