Monday, June 21, 2010

Cantik di hari bahagia

Nikah oh nikah, kawin oh kawin.
Apakah sudah masanya? Memangnya usiaku berapa?

Lagi-lagi pagi ini kuterima invitation di Facebook, ada yang menikah.
Jawabannya? Peut-etre.
Bosan juga lama-lama.
Yah, jangan dibilang jahat donk, abis memang begitu-begitu saja acaranya.
Iya kan?
Datang setelah berdandan, isi buku tamu dan celengan, masuk pasti ada banyak orang, antri bersalaman, lalu berdesak-desakan mengerumuni makanan.
O la la.. C’est fatiguant!

Tawaran bermain musik di kawinan pun tak sepi-sepi, Alhamdulillah masih ada rezeki.
Kalo yang ini tak pernah ditolak.
Ada yang kawin? Butuh musik bagus harga murah?
Kami ahlinya!
Menyiapkan musik di acara pernikahan memang menyenangkan.
Aura cinta pengantin mau tak mau menular, bikin aku mau melompat ke pelaminan saja ! Haha!

Salah satu hal yang menempel di benak setiap menghadiri pernikahan adalah make up.
Yup, make up, dandanan.
Di sini, di Jakarta dan sekitarnya, menjelang pernikahan mempelai wanita akan mati-matian merawat diri, maksudnya merawat fisik mereka.
Dari diet, lulur, pedi-meni, creambath, sampe ratus!
I found that sweet..
Temen-temen yang tadinya cuek-cuek aja, jadi memperlakukan diri bak Cleopatra.
Tapi eh tapi, tak dinyana perjuangan panjang para wanita ini berujung tragis.
Heh? Kok bisa?
Iya, sorry to say, gals..
Gimana gak tragis, wong udah bening, mulus, kinclong, eh, didempul sana sini jadi kayak pemain lenong!
Hiks…
Tragis.
Beneran loh ini, coba deh lihat make up para pengantin wanita di sekitar kita, iya kan? Menor kan?

Dipikir-pikir, enak bener kerjaan para perias pengantin.
Dempul sana dempul sini, tutup muka pake tepung, sampe tebel, ngalahin celepuk.
Terus coret sana coret sini, kasih warna selaras baju.
Hijau, ya matanya jadi hijau. Lumutan, bu?
Biru, ya diwarnai biru. Eh, KDRT yah?
Abu-abu, tentu saja jadi mata abu. Kaya alien saja!

Bukan itu saja, ada lagi pernak pernik yang ditusuk sana sini, ronce bunga yang harus panjang, biar apa, gak ngerti juga.
Alih alih menjadi cantik, buatku, para pengantin jadi boneka ibu-ibu perias pengantin.
Maafkan daku ya semua, jangan tersinggung ya!
Cantik di hari bahagia seolah jauh dari nyata.
Yang ada malah jadi menor sana sini seolah biar langsung bisa dibedakan dengan para tamu.
Itu loh pengantinnyaaa...
Hehe..

Tapi eh tapi, tak semua pengantin wanita bernasib sama.
Sudah dua kali saya menemukan mempelai wanita yang cantik luar biasa.
Dengan sapuan make up tipis, jauh dari menor, hingga masih bisa dikenali wajah aslinya.
Dua orang, yang tak perlu lah saya tampilkan namanya.
Tapi benar, mereka sungguh cantik di hari bahagia.
Aura kebahagiaan terasa, wajah tak terasa asing di mata, garis-garis warna tipis indah membingkai, dua hal yang memastikan bahwa dia lah sang pemilik hari, pengantin putri.

Hhhhmm... apa ini tergantung selera sang pengantin? Sang perias? Atau jangan-jangan tergantung wajah mempelai wanita yah?
Haha.. Kartu mati sepertinya kalau yang terakhir ini.
Wajah oh wajah, bantulah aku untuk menjadi yang tercantik di hariku, nanti.

No comments:

Post a Comment