Showing posts with label poeme. Show all posts
Showing posts with label poeme. Show all posts

Monday, July 11, 2011

Aku Ingin - Sapardi Djoko Damono

Aku diam. Ku berpikir. Boleh tidak mempersembahkan karya orang lain untuk seseorang? Entah.

Aku diam. Ku berpikir. Karya ini sungguh indah dan mewakili rasa, sungguhkah tak boleh? Entah.

Aku diam. Ku berpikir. Tak ada niat mengakui dan menjiplak, sungguh tak ada niatan. Boleh yah?

Aku diam. Ku berpikir. Bukan tak mungkin penulis lebih terharu mengetahui isi hatinya mewakili milikku juga.

Om Sapardi Djoko Damono, aku pinjam puisi indahnya, ya. Terima kasih.
Kepada yang terkasih, Syarif Maulana. Kupersembahkan untukmu.

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.




Photo

Thursday, June 23, 2011

Ibu, keajaiban dunia.


Tak perlu ku menunggu kesempatan menjadi ibu
Tuk bergidik menghirup keagunganmu
Tak sabar ku menanti hari ibu
Tuk menyebar sucinya kasihmu

Ibu,
Memanggilmu
Ibu,
Menyentuhmu
Ibu,
Menatapmu
Ibu,
Memujamu

Tuhan bersamaku.

Tuesday, June 21, 2011

Il pleure dans mon coeur

Celui ci, ce n'est pas mon œuvre. Mais celui de Paul Verlaine; un poète français de la fin de siècle. Ce poème, est un de mes préfères. Des que je l’ai écouté pour la première fois dans la classe de la littérature où mon chère professeur l’a lu, je l’admire. Simple, profond et blessé.


Il pleure dans mon cœur

Il pleure dans mon cœur

Comme il pleut sur la ville.

Quelle est cette langueur

Qui pénètre mon cœur ?


Ô bruit doux de la pluie

Par terre et sur les toits !

Pour un cœur qui s’ennuie,

Ô le chant de la pluie !


Il pleure sans raison

Dans ce cœur qui s’écœure.

Quoi ! Nulle trahison ?

Ce deuil est sans raison.


C’est bien la pire peine

De ne savoir pourquoi,

Sans amour et sans haine,

Mon cœur a tant de peine.

Paul Verlaine

Photo


Thursday, June 16, 2011

WHY?


The world wasn't this cruel.
People weren't this blind.
Leaders weren't this deaf.
Media wasn't this fool.

The air wasn't this dirty.
Rivers weren't this dark.
The earth wasn't this hot.
The sky wasn't this gray.

Children's eyes weren't this sorrowful.
Young people weren't this disrespectful.
And I, wasn't this faithless to the future.

Wednesday, June 15, 2011

Aujourd’hui, c’est à Yenq!


C’est jeudi ici, là bien sûr aussi.

C’est le seize juin au présent, l’anniversaire de quelqu’un.

C’est mon amie, ma meilleure amie.

C’est une fille, s’appelle Yenq.


Joyeux anniversaire, ma chérie.

Vois le soleil est bien éclairé.

Que ce jour soit beau, ma chérie.

Comme ces jours qu’on a passés.


Aujourd’hui c’est à toi.

Aujourd’hui tout le bonheur t’approchera.

Aujourd’hui nasto, dyence, dewo, karcut, boiq et moi volerons chez toi.

Aujourd’hui les anges seront occupés de noter nos prières, spéciales.


Que notre chère Yenq ait toujours de la bonne santé, des expériences superbes, des bonnes notes, des super repas, des petits amis charmants, de la paix d’âme, du succès, de l’amour et de la joie éternelle.


Amen.

Tuesday, February 15, 2011

Buah jatuh jauh dari pohonnya

Memang sebagian besar buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Tapi aku, selepas jatuh berusaha menggelinding sekuat tenaga.

Menggelinding dan terus menggelinding sejauh mungkin.

Dan aku, sesekali menatap ke belakang meratapi pohonku.


Memang sebagian besar buah berusaha tampil menarik menggoda.

Tapi aku, selalu begini adanya.

Pir membungkus dirinya dengan busa bak Agnes Monica, cimpedak melumuri dirinya dengan wewangian fana, bahkan semangka menyuntik dirinya bak Kurt Cobain saja.

Dan aku, merasa cukup bebersih diri dan berpose rapih.


Memang sebagian besar buah berharap berasal dari pohon yang berbeda.

Tapi aku, tak pernah menyesali akar tempatku menghirup air dan saripati.

Kweni mengaku harum manis, lokam bilang dari medan, bali bilang dia adalah pondoh.

Dan aku, dengan lantang ”buah yang terbuang.”


Memang sebagian besar buah palsu dapat menipu pembelinya.

Tapi aku bukan kaum yang putus asa hingga harus banting harga.

Mereka rela dibelah hingga bisa diicip dan diintip meski lalat bisa ikut serta menikmatinya.

Dan aku, ”tak perlu kau khawatir karena apa yang kau bayar itu lah yang akau kau dapatkan.”


Memang sebagian besar buah merasa lebih berharga dari yang lainnya.

Tapi aku, selalu merasa luar biasa istimewa.

Berasal dari pohon yang sehat, jatuh di rumput yang segar, hingga rasa dan harga pastilah hebat.

Dan aku, meski parasit dan penyakit menggerogoti pohonku, aku jatuh di saat yang tepat, menggelinding jauh menghindari ranting, sisa kompos dan tetesan getah.


Memang sebagian besar buah semok menggoda.

Tapi aku, sehat dan perkasa.

Buat apa menggoda kalau tak tahan bergoncang berdesakan di peti kayu?

Dan aku, tak akan menjadi bonyok semudah itu meski kujalani perjalanan dari satu peti ke peti dan peti.


Karena ku, buah yang selalu menggelinding jauh, sekuat tenaga.

Menjauhi pohonku yang tak pernah kusangkal keberadaannya.

Jadi berhentilah merendahkanku hanya karena kau berasal dari pohon yang indah.

Karena sungguh, pohon indah tak selalu menghasilkan buah yang indah juga.

Tuesday, February 1, 2011

Rongga untuk/dari Ade


Tak terbayang jadi Bunda
Tak terbayang jadi kakak-kakaknya
Tak terbayang jadi Ayah
Tak terbayang jadi Ryan, sahabatnya

Ade, Subhanallah.
Ada rasa baru merasuk di kalbu
Menusuk melubangi hati; kecil-kecil namun perih.

Ade, Subhanallah.
Ada lembar baru terbuka tak berjudul
Menganga lebar tak terduga, di dada.

Ade, Subhanallah.
Baik-baik lah di sana
Janji ya sama Mbak Dega.

Ade, Subhanallah.
Semoga tiap tetes air mata tak berarti perih untukmu
Semoga tiap sesak di dada tak berarti sesal bagimu
Semoga tiap senyum akan kenangan berarti sejuk untukmu
Semoga tiap kata dalam doa berarti damai bagimu

Insya Allah.

Wednesday, January 26, 2011

Saya ya saya, mereka ya mereka

Mereka bilang rambut ikal sudah tak zaman lagi, saya bilang yang penting asli.

Mereka bilang badan saya gemuk bagai babi, saya bilang seksi berisi.

Mereka bilang jam tangan besar tak pantas di tangan, saya bilang sesuai dengan angan-angan.

Mereka bilang celana ¾ seperti kebanjiran, saya bilang kenapa setelah jadi in malah ikutan.


Mereka bilang gonta-ganti warna rambut seperti alay saja, saya bilang tak perlu pusing toh ini rambut saya.

Mereka bilang pacaran dengan bule pasti hilang keperawanan, saya bilang itu urusan saya dengan Tuhan.

Mereka bilang pakai sepatu boots seperti satpam, memalukan; saya bilang ini yang namanya berjodoh dengan impian.

Mereka bilang belajar bahasa mau jadi apa, saya bilang jadi apa saja yang penting tidak berhubungan dengan angka.


Saya ya saya.

Mereka ya mereka.

Saya suka melakukan apa yang saya suka.

Mereka lakukan saja apa yang mereka suka.

Mereka ya mereka.

Saya ya saya.

Thursday, January 6, 2011

BERJODOH

Menyetrika dan nonton drama korea

Bekerja dan ber-scrabble ria

Buang hajat dan mencari inspirasi

Naik bis dan membaca

Sarapan dan membaca berita

Mandi dan bernyanyi

Lalalalala, sepertinya saya sudah jadi mak comblang mereka!

Wednesday, October 27, 2010

Cerita negeri ini


Kami terima salammu, wahai Merapi.

Sesak memenuhi dada, abu-abu debumu.

Menunduk ampun kami padamu, Merapi.

Pedih lahar mengalir pasti di sanubari.


Kami terima kedatanganmu, wahai Tsunami.

Basah pelupuk mata ini oleh sapuanmu.

Tak kuasa kami menahan cengang, Tsunami.

Air laut memorak-morandakan nurani.


Kami terima riakmu, wahai Genangan.

Berenang ego dalam basahmu.

Sungguh kami tak memanggilmu, Genangan.

Meski kau tetap mengajak kami bermain hingga pagi lagi.


Matahari


Hangatkan punggungku, pagi.

Isilah pundi hati ini.

Keringkan air mataku, mentari.

Cerahkan jiwa ini.


Tuesday, September 28, 2010

Hujanku sayang


Kala mini kaki dan tanganku; kupuja kau selalu

Girang ku riang dibuatmu, seketika kau tiba kubuka bajuku

Kala hitam polos mataku; bahagiaku bersamamu

Basah ikal rambutku oleh tetesanmu


Kala tak mini lagi kaki dan tanganku; resah ku dibuatmu

Gundah seketika kala datang rintikmu; tak acap biru dadaku

Kala hitam tak polos lagi mataku; lupaku cara menikmati aromamu

Banjir, becek kau bawa bersama derasmu


Hujan oh hujan

Hujanku sayang

Sungguh bukan salahmu

Membawa genangan, banjir, macet ke kotaku


Jakarta oh Jakarta

Congkaknya kau salahkan hujan

Atas segala bencana yang sesungguhnya buatan

Hingga berkah basah kau artikan susah

Moga Tuhan tak marah bersamanya


Hujan oh hujan

Hujanku sayang

Maafkan sinis kami padamu

Yang lupa caranya berbahagia bersamamu


Hujan oh hujan

Hujanku sayang

Walau tak lagi mini kaki dan tanganku; sepertinya masih kulit yang sama kupunya

Lapisan berbuku yang kutahu merindukan rintik manismu

Walau tak ada lagi kepolosan di mata; tapi masih disanalah korneaku berada

Penangkap cahaya yang belum lupa irama tetes dalam deras


Hujan oh hujan

Hujanku sayang

Jangan ragu tuk datang

Hidungku siap menyeruput aromamu, tubuhku kuasa menikmati basahmu, mataku siap berirama bersamamu.


Hujan oh hujan

Hujanku sayang


Photo

Wednesday, August 25, 2010

Pernikahan semakin mengerikan

Teringat dulu sangat membencinya.
Pembunuhan karakter, kataku.
Suami takut istri, istri pelayan suami, tak bebas lagi, selamat tinggal mimpi.

Teringat dulu menertawakan para pemujanya.
Kasihan, tak bisa berdiri sendiri.
Pencinta aroma ketiak laki-laki.

Teringat belum lama menginginkannya.
Menjadi istri bersuami.
Tak sendiri lagi, ada pendamping kala bangun pagi.

Teringat inginku yang kecil sederhana.
Berbalut sakral dari doa-doa.
Hanya ada kita, sahabat dan keluarga.

Teringat minggu lalu bersama mamaku.
Ada biaya untuk buat yang besar, katanya.
Sederhana asal bisa mengundang teman-temannya serta.

Teringat belum lama terjadi.
Keributan mengenai ini.
Besar kecil, mahal murah, banyak uang dan seadanya.

Teringat beberapa menit lalu.
Ribut lagi ribut lagi.
Mengerikan sekali.
Bolehkan kembali ke aku yang dulu lagi?

Teringat dulu tak suka pesta.
Berisik dan berbalut hal-hal berbau sampah.
Tak ada sakral, tak ada doa.

Teringat belum lama tergiur akannya.
Berbalut baju cantik, dipandang beratus mata.
Kini menyesal ku dibuatnya.
Persetan itu pesta-pesta.

Teringat baru saja berjanji.
Tak akan mebicarakan itu lagi.
Bahkan kini tak mau lagi, tak menarik lagi.

Pernikahan oh pernikahan.
Sesungguhnya kau begitu menyesakkan.
Ramadhan oh Ramadhan.
Tiuplah hatiku dengan hembusan pencerahan.

Selamat tinggal duhai pernikahan.
Kukubur kau dalam-dalam hingga sesak terpendam.

Tuesday, July 20, 2010

Tentang mimpi

Bercerita tentang mimpi, tak lelah kurajut itu mimpi-mimpi.
Boleh lah kurajut dengan benang asa serta usaha.
Asaku yang terus ada membalut peluh usaha.

Mimpi oh mimpi,
Pernah dia sesekali pergi.
Untungnya dapat ku panggil lagi.

Aku ingin sekolah lagi, seperti mama.
Hausku akan tanya, rinduku pada auranya.
Aku ingin belajar lagi, sesuatu yang baru.
Musik, foto dan literatur.

Keliling dunia masih menggebu di dada.
Negara tetangga, Brazilia hingga Eropa.
Mau lihat bagaimana mereka hidup di sana.
Banggakah akan dunianya?

Pulang.
Tetap menjadi kata yang diidamkan.
Rumah.
Janganlah jemu nantikan ku di sana!

Call me, Ibu Guru!
Sounds so sexy!
Hihi..
Be patient, class! Ibu guru masih harus sekolah lagi.

I wanna be a mommy..
Wake up with a good morning kiss from a daddy
Live together happily
Build a castle made by love and trustiness, secretly!

Mimpi oh mimpi..
Mari mendekat sedikit lagi..

Wednesday, June 23, 2010

A cup of coffee


It's time for us to relax
In a peace heart
We need no man
Seat together with a cup of coffee

Four eyes in a high dream
So high that we can't touch
And when the reality makes us down
We just need a cup of coffee

Nothing
When you're blue
To say or to do
I just give you a cup of coffee

Scared of distance
Special place in your heart
And the coffee
Bring us together

Never like this
Need and love
Nothing for you
Just watch here
With a cup of coffee

Special place in my heart
The only one
Special time in my life
The only time
With a cup of coffee

Thursday, June 17, 2010

Kerucut

Lingkaranku mengerucut
Lingkaran abrakadabra kerucut
Lingkaran terdalam
Kerucut cuma bersudut satu di dalam

Kerucutku datang setelah lingkaran
Lingkaran membias mengabur dari pandang
Melebar tipis hingga terurai
Membawa lintasan kabur bercerai

Lingkaran terhapus
Lingkaran terbuka
Kerucut mengatup
Kerucut menjulang

Bye bye oh lingkaran terdalam
Kusaksikan kau membuai dalam temaram cahaya malam
Bienvenue oh kerucutku sayang
Berdirilah yang kokoh hingga para mentari tenggelam

Dan sudutku, meringkuklah manis kau di sana!
Hangatkan sang pemuja setia
Bekukan bara dengan liur sejukmu
Tepiskan luka dengan buku lembutmu

Kerucut bersudut, ku.

Photo

Wednesday, June 9, 2010

K untuk Komitmen.

Perjanjian (keterikatan) utuk melakukan sesuatu; kontrak. (KBBI)

The trait of sincere and steadfast fixity of purpose; the act of binding yourself (intellectually or emotionally) to a course of action. (Wordnetweb)

"But you must not forget it. You become responsible, forever, for what you have tamed." (Antoine de Saint-Exupery)

Jika boleh mengutip dari diri sendiri, maka biarkanlah, K untuk sebuah Komitmen. Di atas segalanya.

Orang tua yang tak meninggalkan anak-anaknya, untuk alasan apapun.
Sahabat yang tak memilih sahabat lainnya, saja.
Kekasih yang tak meludahkan janjinya, sendiri.
Sahabat laki-laki yang tak mengalihkan tatap hanya untuk seorang wanita.
Teman berbagi yang tak sembarangan membagi, jika saja benar berhati.
Partner bisnis yang menghargai tiap kata, karena ada kata ada harga.

Niscaya berselimut damai lah Engkau di sana, Saint-Exupery.
Lihatlah! Para kamus mengamini, darahku pun mengaliri.
Damai. Damai. Hembusku, mengalun, menyelipnya di antara sela, hembus, hembusku.
Tiba kah di sana? Terasa? Itu hembusku, wahai santoku.
Hembusku.
Rasakanlah.

Dan kini, sudi kiranya Kau hembuskan kembali, duhai Saint-Exupery.
Bablas semua sela, hembus sekencangnya, hembus, hembuslah!
Agar sejuk wajah ini. Dama hati ini.
Lebih kencang lagi, santoku, lebih kencang lagi!
Terima kasih.
Iya, aku suka. Hembus kencang, kencang, hingga hilang sendiri di hati ini.
Hilang. Sendiri.

Kau tahu apa yang membuatku memujamu? Kau tak pernah takut sendiri.
Tak takut sendiri.

Kiri dan kanan; Tuhan mencipta dua tangan. Ku tahu pasti ada alasan.

Agar keduanya bisa saling berpegangan.

Photo

Sunday, May 16, 2010

Rumahku bahagiaku

Ini, rumah kontrakan.
Kutinggali sudah empat bulan.
Ini, rumah kontrakan.
Bentuknya, ya petakan.

Ada lima, aku di petak ke empat.
Nomor tujuh lima, di jalan Kemuning empat.
Masuklah melalui gerbang hitam.
Kedua dari ujung, rumahku di sebelah kanan.

Ini, rumah kontrakan.
Di dalamnya ada empat ruangan.
Ini, rumah kontrakan.
Kamar tidur, ruang serbaguna, dapur dan kamar mandi di belakang.

Ada dua jendela di depan.
Juga dua tanaman di halaman.
Tak ada perabotan waktu ku datang.
Menjadi bak hotel berbintang sekarang.

Tak kuisi sendiri rumah mungil ini.
Ada kekasih hati yang setia mengamini.
Juga mama yang besar hati.
Tak lupa Aran yang setia menemani.

Datanglah oh singgahlah!
Hai teman-teman, sanak saudara!
Nikmati nyamannya rumahku!
Turunkan semua dari pundakmu!
Tinggalkan semua di halaman!
Mari, berisitirahat.

Selamat datang, di rumah bercerita Ega, Sarap, Mama dan Aran.
Selamat datang, di tempat berbagi kami.
Semoga kau rasakan, peluh cinta dan gores nyata dukungan.
Dari kami, yang saling sayang.

Tuesday, February 2, 2010

Putih

Oh Putih,
Mengapa hanya putih?
Oh Putih,
Inikah yang namanya rasis atau pilih kasih?


Sawi, tauge, kol, kembang kol.
Berpisah kita!
Berpisah sementara, untuk kemudian berjumpa.


Tunggu sampai habis gas jahat di perutku ini.
Sabar ya sampai dokterku tak ingat lagi.
Ku tetap tak mau sakit itu datang kembali.
Sakit di perut yang menyiksa hingga ulu hati.


Perlahan tapi pasti.
Pertemuan kita nanti .
Satu per satu silih berganti.
Tauge, kol, kelapa, ketan dan akirnya sawi.

A quoi ça sert?

Se réunir avec chers amis
Aventurier chaque nuit avec mon chéri
Passer des heures pour meni pedi

D’un grand resto à l’autre resto
D’une ile privée à une autre
D’un bikini à monokini

Bon vin, bon pain
Super jacuzzi, super heli
Sympa rock, sympa robe

Paris ô Paris
A quoi ça sert?
A quoi ça sert?

Même pour cette question simple
Tu ne peux pas répondre

“Qu’est-ce qui est ton rêve?”