Monday, October 12, 2009

Kepompong lalu kupu







Mari kawan, sini, kuberi tahu cerita kata kupu, kupu-kupu, papillon, namaku. Bukan benar-benar namaku, kau tahu itu. Tapi “nama”ku.

Hari itu, sepuluh Oktober dua ribu dua, lahirku ke dunia. Bukan, bukan tahun itu, tapi sembilan belas tahun lalu. Sembilan belas tahun lalu, kala kertasku masih kosong, putih. Dan sembilan belas tahun setelah itu, kertasku terisi guratan warna warni. Itu guratanku, guratanmu, warnaku, warnamu juga ada di situ. Kita bercerita bersama di kertasku, kau lihat itu?

Hari itu kudapat hari yang tak biasa, haruskah kusebut spesial? Tidak juga. Cerita baru, bab baru, banyak hal baru di hari itu. Pergiku ke tempat baru guna bersua dengan Bapakku, iya Bapakku. Berjingkrak hatiku dari pagi, berenyut jantungku kala jumpa tinggal sedikit lagi, itu dia, itu dia. Selamat ulang tahun katanya, sembari mengusap keningku dengan kecupan. Senangnya.

Sua bukan untuk selamanya, selalu begitu bukan? Aku pergi dulu, Bapak. Kudapat satu kecup lagi, bahagia. Diselipkannya lipatan kertas kecil nan tebal ke genggamku. Pasti ini hadiahnya. Benar kusuka berulang tahun.

Kubuka dan kubaca sendiri saja, kala itu. Mari kubacakan untukmu juga kawan, sayang. Hadiah dari Bapakku.

Kupuku peri dunia
Terbanglah wahai kupuku
Pandang dan sorot dunia seluasmu
Berikan keharuman setiap hinggap
Lahirkan rekah saat kau tinggal
Maka, kupuku peri dunia.

No comments:

Post a Comment