Wednesday, April 25, 2012

Kangen Mbah Uwak


Mbah dan Wak Ani, putri keduanya

Mbah, lagi apa?
Aku baru pulang kerja, hari pertama. Jadi guru lagi, Mbah. Seperti yang Mbah suka. Mbah pengennya cucu Mbah kerja di bidang sosial, jangan cuma ngitung uang aja. Maaf ya Mbah lima tahun kemarin aku murtad jadi ibu guru. Tapi sekarang aku sudah kembali ke jalan yang lurus. Sekarang Mbah bisa mengingatku seperti dulu lagi, saat kita terakhir bertemu, saat aku masih ibu guru. Aku bahagia bisa jadi kebanggan Mbah, jadi penerus Mbah. Terus bangga padaku ya, Mbah.

Mbah, apa kabarnya?
Aku sekarang sudah tidak di Jakarta, sudah menikah, sudah jauh dari keluarga kita. Tapi aku baik-baik saja. Terasa kan, Mbah? Hidupku sudah tidak sedramatis terakhir kali kita jumpa. Tidak. Sudah baik, amat sangat baik. Allah sungguh Maha Baik, Mbah. Terima kasih karena selalu menguatkan doa-doaku, doa-doa kami. Aku bisa tahu? Tentu saja. Terasa.

Mbah, tidak kesepian kan?
Tidak boleh. Karena kita selalu sama-sama. Aku, Mbah, keluarga kita. Aku tidak kesepian lagi, karena Mbah sering mengunjungi. Tunggu aku, tunggu kami, kita semua akan sama-sama lagi nanti. Begitu janji Illahi Robbi.
 
Mbah, bahagia?
Harus. Walau hanya bisa melihat kami dari jauh, walau kami jarang mengunjungi, walau kadang masih ada ribut-ribut kecil antara kami, tapi kami saling menyayangi, Mbah. Sungguh. Mbah paling tahu itu kan? Memang iya, kami sempat jarang bersua. Tapi tidak lagi. Kini kami berkumpul tiap dua bulan sekali. Mbah Konde pun selalu berpartisipasi. Mbah Konde, kami selalu menjaganya, Mbah. Selalu. Silih berganti.

Mbah, kangen?
Aku kangen sekali.

Percakapan panjang selama di rumah sakit terpatri jelas di memori. Tatapan dan sentuhan kulit tipisnya tak bisa kurasa lagi. Tapi kebijakan dan keteguhannya harus terus kuwarisi.

No comments:

Post a Comment