Tuesday, February 2, 2010

Bercerita bersama sore - lima belas

Ku takut Pierreku marah
Ku taku Michelleku marah
Ku takut mereka marah
Karena terlambat datangnya
Lupa bawa ini
Lupa bawa itu
Addduuuuhhh... MARAH-MARAH!!


Bwahahahaha.. Jadi malu! Sejak kapan kau di situ, Sore?
Lagu apa ini? Lagu keren!
Masih ada lagi, duduk saja yang manis di situ.
Lihat ku bernyanyi dan menari seksi.

Jurusan Prancis
Emang paling necis
Anaknya manis-manis
Cikicikibumbum Cikicikibumbum
Cikicikicik bum bum!


Gimana, seksi kan gayanya?
Ada lagi!

Entelemi lemipatol lapitol latoltil taltiltultiltul
Lalalalalalala lalalalalala
Lalalalalalala lalalalala
Terereret bem bem!


Huahahahaha... Ini juga seksi tahuuuu...
Karangan siapa? Entah.
Yang jelas itu lagu-lagu sepertinya tidak akan hilang dari memoriku.

Kudapat sembilan tahun lalu, dua ribu satu. Diajari paksa, iya, memang dipaksa. Kalau tidak dipaksa pasti aku tidak akan menghafal nyanyian dan gerakannya sepenuh hati. Bahkan hatiku pun ikut-ikutan merasa terpaksa. Hahaha..

Yang mengajari ya senior-senior itu, di jurusan bahasa Prancis kampusku. Silau aku melihat mereka kali pertama, terlihat keren dan dewasa dengan jaket almamater yang membedakan mahasiswa dengan hanya siswa. Bercelana jins, kaos dan sepatu kets. Impianku! Setelah dua belas tahun berseragam, muak rasanya.

Ada Kak Diana, Donna, Heston, Yeni, Yuli, Norman, Meiji, Dodi, Mira, Teguh, Dendi, Meri, Mona, Ari, Andez, dan masih banyak lagi, sampai susah diingat lagi. Puuufff...

Mereka ini yang ”memaksa” kami bernyanyi, menari, ”berseragam”, serta menyiapkan banyak hal yang katanya, ”Kegiatan ini untuk mengenal suasana dan kegiatan di kampus terutama di jurusan kita, kita semua harus bersenang-senang selama tiga hari ini, oke! Kalian semua sama, mahasiswa baru, tak ada yang beda. Jadi mulai dari pakaian, perlengkapan hingga makan siang, semuanya sama. Karena kita di sini sama dan sama-sama,” begitu kurang lebihnya, persisnya sih aku sudah lupa.

Jadilah itu, andai kau lihat, Sore. Kami, sekitar tiga puluh lima mahasiswa baru bahasa Prancis mengenakan kemeja putih, rok bagi wanita dan celana untuk pria warna hitam, sepatu hitam, tas slempang dari plastik kresek hitam, para wanita berkepang dua rambutnya, dipercantik pita biru putih merah, bendera Prancis, ditambah topi kerucut bak penyihir warna pink dengan rumbai pita warna yang sama berkibar di ujungnya, selempang bak putri Indonesia bertuliskan tempat tinggal kami dan bis yang mengantar kami dari sana sampai kampus, kacamata hitam bertema dua ribu satu yang artinya ada angka dua di sisi kanan kacamata kami dan angka satu di kiri kami, dan tak lupa, botol minum ukuran satu liter yang sudah dibubuhi cap RT masing-masing.

Bagaimana, benar-benar necis seperti di lagu, bukan, Sore?
Oh, menu makan siang sehat kami. Mungkin bisa kau tiru, Sore.

Di hari pertama kami harus membawa; tempe Prancis yang artinya kau bentuk itu tempe seperti bentuk negara Prancis, heksagonal. Lalu ikan teri yang semuanya harus menghadap ke kanan, kau pernah menyadari kalau teri semuanya memang menghadap ke kanan? Dan untuk sayurnya kacang panjang kepang, benar, kami kepang itu kacang panjang. Bahkan aku tak ingat kapan terakhir kali aku mengepang rambutku.

Hahahaha.. Jangan ketawa geli begitu. Itu belum apa-apa!
Di hari kedua; Ada nasi goreng tanpa kecap, telur mata sapi jereng, terbayang tidak bagaimana membuatnya? dan timun isi wortel, ya mau bagaimana lagi? Kami masukkan itu wortel ke dalam timun. Menu hari ketiga; Sayur toge maritim yang artinya pakai ikan teri dan berkuah, telur, terigu, wortel dan tauge yang ini nyaris kubawa bahannya semua dan untung saja salah seorang di rumahku berkata, ”Ini kan bahan-bahan buat bakwan!” Aha! Terjawab, seniorku sayang! Walau ada beberapa temanku yang membawa semua bahan tadi, dan terbelalak saat para senior meminta mereka memakannya. Hahahaha... Oh, di hari terakhir ada dessert, cokelat Prancis. Aku bawa itu cokelat yang kubungkus karton warna bendera Prancis, dan ternyata salah. Yang benar, cokelat ayam, sesuai dengan lambang klub bola Prancis. Yey! Mana aku tahu?

Iya begitu itu kelakuan senior-seniorku selama MPA; Masa Pengenalan Akademis. Tapi mereka memenuhi janjinya, Sore. Kami bersenang-senang, senang sekali. Juga belajar banyak tentang kehidupan di kampus dan trik-trik belajar di jurusan. Pernah itu setahun dan dua tahun sesudahnya kami berkata pada mereka, senior, ”Kak, kita mau donk MPA lagi!” Membelalak mereka, lalu tertawa bersama, ”Bwahahaha.. Mana ada orang mau diMPA lagi? Hahahahhaha...”

Mereka semua tertawa. Padahal, Sore. Kami semua serius, seserius-seriusnya.
Kau tanya saja itu pada teman-teman seangkatanku yang lain.

Iya kan Dian, Anast, Yeyen, Dewi, Baiq, Karin, Sakti, Oskar, Ari, Ika, Eha, Ai, Yusnia, Sophie, Riri, Rini, Sukma, Halid, Putri, Lyta, Anty, Kiki, Umay, Britney, Mela, Heni, Indri?
Oh, bisa juga tanya teman-teman yang walau tak bersama hingga akhir tapi ikut MPA, Laras, Icha, Mustika, Angel, bagaimana dengan kalian?

-bersambung-

*Merci pour Anast et Dian qui se sont réveillées très tôt du matin pour m’aider à mémoriser tous! ^^V Vous avez une mémoire d’éléphant, gals!

No comments:

Post a Comment