Sunday, February 14, 2010

Maja pahit

Buku sejarah bercerita, seolah-olah dia adalah saksi sejarah, bahwa dahulu kala sebelum jadi Indonesia ada itu kerajaan bernama majapahit. Maja dan pahit, dua kata jadi satu. Seperti nusa dan antara, nusantara. Nusa, pulau, antara pulau-pulau. Maja, salah satu buah yang konon rasanya pahit. Majapahit.

Sebelum kerajaan adalah sebuah desa yang dibangun oleh Raden Wijaya, yang setelah berhasil mengusir bangsa Mongol dari desanya kemudian diangkat menjadi raja. Berganti nama ia, Kertarajasa Jayawardhana. Memerintah turun temurun hingga cicit bercicit.

Seperti film-film kolosal yang pemerannya jago silat, bisa terbang dengan kain batik yang terbalut ketat di pinggang, majapahit sepertinya berlatar seperti itu, bayang saya. Dari konflik dan intrik sang raja untuk menjadi raja, sahabat raja yang juga ingin menjadi sepertinya, hingga keturunan sang raja yang mentitah dengan gaya berbeda-beda. Seru, sepertinya.

Ah, kenapa jadi bercerita tentang majapahit yang itu? Maja, aku ini mau bercerita tentang buah maja. Apa itu? Seperti apa bentuknya, warnanya? Apa benar pahit rasanya? Jangan-jangan hanya bualan buku sejarah saja.

Maja, ternyata berwarna hijau, teman-teman. Bentuknya seperti jeruk Bali, tapi lebih kecil lagi. Kata wikipedia bagian dalam maja berwarna kuning atau jingga, aromanya harum dan yang mengejutkan ternyata rasanya manis. Lalu kenapa pada zaman Raden Wijaya maja rasanya pahit?

Konon katanya, salah seorang prajurit Raden Wijaya kala itu memakan maja yang masih mengkal, jadi rasanya pahit. Andai saja sang prajurit memakan maja manis, mungkin saja kerajaan yang membentang di nusantara itu bernama majamanis. Iya kan?

Aku berjodoh ternyata dengan maja, tak tahu yang kutemui si maja manis atau pahit. Bertemu ku dengannya, dengan mereka; beberapa maja dan pohonnya. Warnanya hijau bernada dengan dedaunnya. Kulitnya tampak licin menggoda mata untuk terus menatapnya, cantik. Hingga tak inginku mengulitinya dan mengintip ke dalamnya, maja.

Aku masih belum tahu apakah benar setelah kulit maja berwarna kuning atau jingga. Apalagi rasanya, manis ataupun pahit buatku sama saja. Mereka adalah maja. Maja yang melekatkan ketenarannya pada Raden Wijaya.






No comments:

Post a Comment