Thursday, February 4, 2010

Tulisan subuh

Selamat pagi.
Selamat pagi semuanya.
Semua, siapa saja, apa saja, di mana saja.

Kacau, galau.
Keadaanku sekarang.
Entah sudah berapa lama tak ku sambangi mereka.
Seingatku, terakhir kali ya waktu itu, mengetahui bahwa om ku tak nyaman dengan keberadaanku di rumahnya.
Menumpang.
Ya, siapa yang tak berkebaratan dengan kehadiran benalu?

Benalu, itu aku.
Apa sebutannya bagi orang yang tak punya tempat tinggal dan sibuk menghabiskan hari-harinya dengan bergantung pada orang lain?Iba, modalku.
Mengemis iba, begitu caranya agar ada orang yang mau menampungku, siapapun itu.
Iba, modal hidupku.

Jengah menjadi benalu, berubahku menjadi nomadenita.
Berpindah tempat ke sana sini tapi agak bermodal, bedanya.
Kuhabiskan lima ratus hingga delapan ratus ribu tiap bulan guna menyewa sekotak ruangan, kost.

Kost, bukan solusi.
Karena maknanya tetap saja menumpang, walau menghabiskan uang.
Nyaris ku lupa apa itu arti menumpang.
Hingga semalam.
Semalam.
Ricuh, gaduh, di sini. Di kost ini.

Kericuhan yang kembali menyadarkanku, ”Hei, kau hanya penumpang!”
Artinya bisa ku terdepak kapan saja.
Kapan saja orang suka.
Ya itu, orang yang tak suka kala ku berada.

Dan.
Lagi-lagi terdepakku dari sini.
Bolehlah dibilang mendepakkan diri.
Terserah saja.

Kawan.
Terpulas di mana kalian sekarang?
Di rumah?
Ku meng-Alhamdulillah untuk kalian barusan.
Alhamdulillah atas nikmat rumah.
Tidur yang nyenyak wahai kawan!
Kepakkan sayap mimpi melampaui sejuta awan.

Putih.
Kalau kau sudah bertemu negeri putih di sana, intip ke bawah.
Intip lah aku sebentar saja.
Lalu sudilah kiranya kau menaburiku doa.
Doa dari atas sana, lebih terdengar kiranya.
Jangan lupa kunci dengan Amin mu, gema.
Gemakan lah! Hingga terdengar itu oleh alam semesta.
Mengaminlah untukku.
Yang tak kuat lagi menjadi benalu.
Dan rindu tinggal di rumahku.

2 comments:

  1. Aku doain, Dega ...

    "House" susah dicari, tapi "home" masalah esensi, kok ... ^_^

    ReplyDelete