Monday, April 19, 2010

Cerita dari Singapura - tiga

Haduh! Biasanya tuker uang gak pernah musingin gini! Tinggal telpon, hitung-hitung, deal deh! Ambil uang (rupiah maksudnya), dan duduk manis tunggu si mas money changer datang (Salah satu job desk di kantor adalah menukar berbagai mata uang untuk keperluan operasional). Kalau yang ini, rencana nuker aja masih empat bulan lagi, tapi sudah tung itung itung bikin keriting aja! Belum terbayang berapa uang yang kami butuhkan untuk bertahan hidup enam hari di sana. Kalau lihat kursnya yang lumayan seh, gak bisa dibilang murah juga kehidupan di sana ya?

Enam ribu tujuh ratus sembilan puluh lima, wwwuuuaaaa…. Mahaaaalllll.. ToT Hiks, nyesel gak tukar uang dari kemarin-kemarin. Maunya juga dari kemarin-kemarin, apa mau dikata, uangnya belum ada. Hahahaha.. Aku menukarkan dua kali biaya operasional bulananku dengan uang lebar ini, seperti uang monopoli kelihatannya. Karena mepet akhir tahun, tak ada lagi recehan di tempat langgananku, jadilah kami berempat; aku, Dian, Anast dan Yeyen menggabungkan uang bersama. Berjuta-juta uang cuma jadi satu lembar, tragis. Tak pernah seumur hidupku menjaga selembar uang sampai membuat urat-urat di kening menonjol dan telapak berkeringat dingin, hiks.

Semua keperluan sudah di tangan, mengenai site touristique incaran, nanti saja belakangan. Toh yang lain sudah concern sekali, aku ikut saja. Yang pasti harus ke Merlion, foto di depannya, syarat wajib turis di Singapura, iya kan? Eh tunggu, ini kan luar negeri, kebarat-baratan katanya. Jangan-jangan aku bisa mewujudkan impian memakai bikini? Ting! Ting! Harus tanya Yeyen, mungkinkah ke pantai, pantai apa saja, di sana. Huhuuuuu.... Berarti juga, bisa bawa semua baju laknat yang ada! Yipiiieee.. Pil, pil, Upil, pinjam baju tidurmu yaaaa... Haha! (Baju tidurnya Upiel, sepupuku, sekelas dengan baju laknat jalanku) ;p

Seminggu sebelum tanggal kepergian, hidup rasanya tak tenang, seperti banyak hutang, gitu! Walau cuti sudah diapproved, ransel pemberian kekasih hati sudah di tangan, sepatu sendal sudah siap, baju-baju sudah terkumpul walau tanpa bikini karena tak ada budget lagi untuk beli, sunglasses sudah beli hasil hunting di terminal Depok, tiket dan lembar asuransi sudah di print, dokumen-dokumen terkumpul rapi, apa lagi ya? Oh iya, aku sudah punya kamera donk! Dari mana? Hadiah. Dari siapa? Mau tahuuuu aja! Nanti kamu ikut-ikutan minta, lagi! ;p Yang lain sudah punya kamera sendiri juga, aku yang terakhir punya. Alhamdulillah, jadi kamera paling canggih ya, Ranyu? Hahahaha.. Ranyu itu nama kameraku.

Apa yah? Apa yah? Info-info sudah didapat dari om-om semua, terlalu banyak malah. Oh, bagaimana kalau nanti ada apa-apa? Apa-apa bagaimana? Ya apa-apa; kalau pesawatku jatuh, ini kan tiket murah. Ya sudah, ku simpan lembar asuransi di lemari, kutitipkan sama Yasmin, tetanggaku, tolong kasih ke Aran, adikku kalau terjadi apa-apa. Siapa tahu uangnya lumayan, buat beli tanah atau rumah di pinggiran Jakarta. Sertifikat asuransi lainnya pun kukumpulkan, tak lupa daftar hutang yang bisa dilunasi kalau tabunganku dicairkan. Apalagi sih persiapan orang yang mau ”pergi’? Oh, minta maaf dooonnnggg... Mama, Bapak, Aran, Mbah, Uwak, Teteh,Ade, Tante, Mamang, Ade-ade, Aa, Om, tetangga, teman-teman, para bos, Ibu Bapak guru, Presidenku, Sarapku, maafkan aku yaaa... Diikhlaskan saja, karena aku juga ikhlas kok, sepenuh hati. Sampai tidak sampai lagi di sini.

Eh, eh, kapan pertama kali kalian naik pesawat? Aku waktu itu, beberapa bulan sebelum ke Singapura, dari Jogja ke Jakarta. Kalau Yeyen dan Dewi sudah biasa. Dian dan Anast kali pertama, kalau tidak salah. Tapi mereka berdua yang well prepared sekali. Ya itu, mereka sempat-sempatnya hunting gembok untuk ransel mereka, biar gak dimasukin narkoba, katanya. ”Itu kan motif yang lagi in, Gul! Gimana kalau tas kita dimasukin narkoba! Bisa-bisa kita bukannya jalan-jalan malah dipenjara di sana! Iya kan?” Damn, sialan! ”Kenapa gak bilang dari kemarin sih, guys? Mana ransel gw gak ada resletingnya, lagi! Cuma tali-tali begini.” Senewen beneran. ”Hahahaha.. Ya elo seh, gak konsultasi sama kita!” Mana kepikiran, coba! Wong mereka masuk kategori pemula. Ini lagi, Yeyen sama Dewi, malah pake koper, kaya tante-tante aja! Kita ini backpacker, gals! BACKPACKER! Hiksss... Hiks...


Backpackers or TKIers?

Katanya, Singapura itu menerapkan hukuman mati bagi mereka yang ketahuan membawa narkoba ke negaranya. ToT

-bersambung-

No comments:

Post a Comment