Thursday, April 29, 2010

Cerita dari Singapura - tujuh

Percaya gak percaya, tetapi ini nyata, udah di Singapura, padahal barusan aja di Jakarta (gubahan lagu Bang Pidi Baiq – Percaya gak percaya).

Ya gimana mau percaya, coba? Wong kurang lebih sama, ya ada bangunan gitu, di lapangan yang gak seluas Soekarno-Hatta seh, tapi yah, gitu-gitu aja lah. Mungkin kalo penumpang lain gak berbisik, murmurer, euphoria gw bisa ilang gitu aja. Emang sih, sempet liat air-air gitu yang banyak kapal-kapal pengangkut lagi pada parkir, malah berasa di Tanjung Priok, coba! =D

Gul, Gul, bukan mimpi ini, Singapuraaaa… Breath the air! Segini aja? Gak boleh gitu, judge from the airport! Iya yah, semangat! Singapura, tunjukkan pesonamuuuu…

Alih-alih berebutan turun, kami duduk santai-santai. Biar bisa foto-foto juga seh, kalo udah sepi kan aman tuh, gak dikatain norak! Haha..

Turun dari pesawat kami harus melewati seorang petugas pemeriksa dokumen. Setelah pindah antrian kiri, kanan, kiri, kanan; usaha cari yang lebih cepet majunya, kan tergantung sama kegesitan petugas, toh? Akhirnya pilihan jatuh ke antrian paling kiri. Di sini juga ada garis kuning batas antrian dengan orang yang sedang diperiksa, loh! Apa standar bandara internasional, yah? Giliranku, petugasnya ibu-ibu India, keturunan maksudku. Paspor, muka, paspor, muka, paspor, muka, itu yang bolak-balik diliatin si ibu India. Sampe ngeri sendiri, kalo sampe masuk daftar cekal di sini kan gak lucu, tragis. Ya Allah, mudahkanlah perjalananku. Komat-kamit terus dalam hati. Si ibu malah senyum-senyum sendiri, kadang seperti mau ngomong, trus gak jadi, mau ngomong, eh gak jadi lagi. Apa seeehh??? Bikin senewen aja.

Fyyuuuhh... akhirnya lewat juga setelah cetak cetok stempel di sana sini. ”Loe mirip sodaranya kali, Gul!” praduga Dian. ”Iye kali ye!” FYI, walau gak penting, sudah sering aku dibilang mirip dengan Karisma Kapoor, artis India. Tahu gak Karisma Kapoor? Wah, payah, googling sana, banyak koleksi fotonya kok. ;p

Sabine bilang, temanku yang sudah lebih dulu ke Singapura, di bandara ada peta-peta yang bisa diambil, gratis. Jadilah karena gratis kami menggila ngambil berbagai peta dan brosur. Setelah beberapa saat, aku tersadar, ngapain gw ambil yang tulisannya aneh-aneh begini? Ada tulisan Cina, India pula! Hahaha.. Ooon...

”Pipis dulu ya guys! Sekalian nyobain aer Singapura! Hihi..” bukan aku itu, Anastasia Khairunnisa. Hahaha.. Jadilah kami foto-foto, eits! Jangan bilang norak! Banyak orang juga foto-foto berlatar dekorasi natal dan tahun baru yang bikin bandara terlihat cakep, sambil bergantian pipis. ”Wi, ada tap water tuh! Pengen nyobain deh, gw!” kataku. Dewi bilang, ”Iya, coba sana.” Karena masih deg-degan, ditunda dulu deh nyobanya, nanti-nanti aja. ;p

Ini bandara ternyata lebih menarik dari yang di Jakarta, luas tapi gak kotak gitu aja, ada sekat-sekat, lebih tidak membosankan, buatku. ”Eh gals, jangan lama-lama kita, nanti kopernya gak keluar, di bawa lagi, gimana?” ”Eh iya. Ngambilnya di mana, Wi?” ”Di bawah sana, yuk kita lanjut.” ”Yuuukkkk...” Bener, ada di bawah, ada roda yang jalan sendiri gitu, bawa koper-koper dan tas di bawahnya. ”Gals, itu tas gw tuh! Liat gak?” Kulari mengejar tasku yang entah kenapa takut tak bisa kulihat lagi. ”Tas gw! Tas gw!” yup, sambil teriak-teriak gitu. Hahahahahaha... Gak sia-sia, berhasil kudapat itu tas ransel keren.

Eh, anak-anak ikutan lari-larian juga. Ngejar-ngejar koper dan tas mereka yang sudah terlanjur berputar ke sisi lain, naik tangga, turun lagi, lari-lari. Hahahahaha... Pasti cukup menarik perhatian petugas di belakang cctv deh! =D ”Itu tuh Yen! Koper loe!” ”Dian, Dian, tolong, tarikin tas gw!” ”Wi, koper loe muter ke sana, Wi! Cepetaaaannn...”
Di luar sana, ada sepasang suami istri yang sedang menutup wajah mereka, malu. Setelah sebelumnya sibuk memandangi para penumpang yang baru datang, ”Hubby, mana ya Mbak Dewi sama temen-temennya?” ”Mungkin belum turun, sebentar lagi.” ”Itu dia, mereka.” Ujar Dinda, sang istri, sambil mengacungkan telunjuk ke arah depan, ke pasukan perempuan yang berlari ke sana sini, sambil menunduk menyesali keputusannya dan langsung memutuskan untuk pura-pura tidak kenal saja.

”Eh, itu Dinda, gals! Dindaaaaaaaaaaaaaa......................!!!!!!!!!!!!!!!”

-bersambung-

No comments:

Post a Comment