Wednesday, October 28, 2009

Mandi

Salah satu hal yang kusuka di dunia ini, biasa kulakukan dua kali sehari. Kadang bahkan lebih. Seingatku rasanya selalu menyenangkan, apalagi sensasi rasa sepersekian detik sesudahnya, seperti ketika air pertama kali mengalir di tenggorokan kita saat berbuka puasa. Kuambil kain itu, handuk namanya. Tak mau aku pakai sembarang handuk, mauku berbahan tebal, lembut menyapu tubuhku, berwarna halus dan sederhana, benar-benar kering dan tidak lembab, makanya harus lah ku jemur setiap hari di bawah sinar matahari.

Jangan lupa membawa keranjang ungu nan manis itu, layaknya wanita di film-film yang akan mandi di kali, aku pun membawanya. Punyaku jauh lebih kecil, lebih mudah dibawa sepertinya dengan dua telinga di sisi. Kalau mereka membawa pakaian di keranjang untuk dicuci sambil mandi, aku mengisi keranjangku dengan botol-botol dan spon. Satu botol sabun yang sudah diisi ulang entah berapa kali, satu sabun muka dee-dee aroma strawberry favoritku yang tiada tandingannya, satu conditioner penghalus rambut sebagai upaya mengurangi kekusutan karena jarang berhubungan dengan sisir, satu pasta gigi tanpa deterjen untuk menghindari rasa pedas yang membuatku buru-buru ingin menyudahi ritual sikat gigi, satu sikat gigi yang memang tersimpan di dalam botol ungu; warna senada yang tak sengaja kudapatkan, dan dua botol sampo, satu sampo yang biasa kupakai dan satu sampo rekomendasi dari Dyence, temanku yang baru mewarnai rambutnya. Konon katanya sampo itu bisa membantu menghaluskan rambut-rambut yang sudah diwarnai berkali-kali seperti punyaku. Kalau spon berwarna oranye, dengan merk terkenal dan berharga mahal, terpaksa kubeli karena merk lain terasa kasar di kulit. Belum lengkap, satu lagi, jangan lupa bawa handphone seri walkman hasil menabung tiga bulan itu. Kau tahu, aku bisa melakukan dua hal yang aku sangat sukai dalam waktu yang bersamaan, mandi dan bernyanyi. Ya, bernyanyi!

Setelah masuk dan menutup pintu dengan rapat, tak lupa kukunci, kugantungkan handuk, handphone dan keranjangku. Handuk di gantungan handuk, handphone di paku kecil yang biasanya tempat menggantungkan gayung jika tidak sedang dipakai, dan keranjang ungu di engsel pintu kamar mandi. Kuputar lagu yang sedang ingin kunyanyikan, keras-keras. Kubasahi tubuh dengan air, tunggu, itupun kalau aku sedang tidak ingin membuat patung. Kalau sedang mood berkesenian, aku akan mengambil posisi membuat patung dan berkreasi, bisa sambil bernyanyi, bisa juga sambil menyikat gigi. Setelah patung jadi, terpaksa kuucapkan selamat tinggal karena aku tak punya tempat yang aman untuk menyimpannya. Kulanjutkan dengan mencuci peralatan membuat patung. Barulah kubasahi tubuhku, lalu tubuhku akan bercakap dengan spon dan busa dari sabun cair aroma buah-buahan. Tunggu, itu kalau aku sedang tidak ingin keramas. Berarti itu untuk ritual mandi pagi. Karena sore hari, aku harus keramas, kecuali sedang sakit. Kalau tidak, bisa-bisa aku tidak bisa tidur memikirkan makhluk-makhluk di kepalaku. Hiiiyyy....

Baiklah, aku mengguyur kepalaku, menaruh sampo di tanganku untuk kemudian kutuang di rambutku, lalu kugosok, kuputar, dan kugaruk-garuk biar bersih. Tidak lupa membuat gaya seperti menyisir, karena ini lah satu-satunya pertemuan rambutku dengan sisir (jadi-jadian). Kusiram kepalaku dengan air, sambil memperagakan gaya memeras, memeras rambut maksudnya. Untuk apa? Entahlah, rasanya keren saja. Tahap selanjutnya adalah membubuhkan conditioner yang kemudian kudiamkan, sambil kemudian kubasuh wajahku dengan air, kutaruh sabun wajah di tanganku, kutambahkan sedikit air, dan kugosok-gosok wajahku dengan gerakan memutar, konsentrasi penuh di sekitar mata dan hidung. Kubilas keduanya, ya wajah, ya rambut.

Baru kemudian bermain dengan sabun dan spon seperti tadi. Biasanya busa-busa akan menghujaniku, rasanya seperti melihat kembang api yang bertebaran, jadi bingung mau melihat kemana. Seringkali juga ada jeda dari satu ritual ke ritual lain, jeda yang datang karena aku berkonsentrasi mencapai nada-nada tinggi, berupaya mengikuti penyanyi asli lagu yang sedang kunyanyikan saat itu. Sudah selesai? Aku akan menghujani tubuhku dengan air beberapa kali lagi. Kuambil handukku, kubuat gerakan ke atas dan ke bawah dengan cepat; ceritanya biar debu di handuk pergi, lalu kusapu air-air di tubuh dengan kelembutan handukku. Kumatikan musik, konser selesai. Maaf mengecewakan kalian semua penonton setiaku. Kubuka pintu dengan kesegaran, kebersihan, dan senyum puas setelah konser setengah jam. Sampai jumpa di konser berikutnya! ;)

No comments:

Post a Comment