Friday, October 23, 2009

Pulang

Apa yang selalu hadir dalam dunia khayalmu? Di duniaku, selalu saja satu kata itu. Aku seringkali berkhayal untuk mengatakannya, entah kapan bisa benar-benar terwujud. Bukan berarti karena ku menyimpannya di kotak khayal maka aku tidak melakukan apa-apa untuk membuatnya berpindah ke kotak cerita hidupku. Seringkali aku mengatakannya tanpa suara saat orang lain mengajukan pertanyaan, “Mau ke mana?”. Bahkan tanpa suara saja rasanya sudah menyenangkan, mungkin jika sudah bersuara nanti akan benar-benar menyenangkan.

Rumah, adalah syarat utama untuk mengucapkan kata itu, karena rumah dan kata itu memang melebur menjadi satu, benar-benar bersatu. Dan suatu hari nanti namaku akan menjadi trio dengan dua kata itu. Rumah seperti apa yang ada di dunia khayalmu? Di duniaku, tidak ada gambar yang jelas, karena aku memang tidak pernah menggambarnya, jadi walau kucari dan kucari di kotak khayalku, tetap saja tak kutemukan. Hari itu salah seorang penghuni lintasan terdalamku menanyakannya, dan tidak puas dengan jawabanku yang tidak memilikinya di kotak, dia memintaku untuk menggambarnya saat itu juga. Mulailah aku meracau dengan hal-hal yang kuinginkan, mulai dari taman, pagar yang terbuat dari tanaman, balkon, perpustakaan, dapur besar, karaoke, cinema room, sofa putih, plafon yang tinggi, jendela besar, cat putih, aroma pantai, bath tub, dan bintang-bintang di langit-langit tepat di atas tempat tidurku.

Apa yang ingin kau lakukan di rumahmu? Apalagi ini, aku tidak pernah memikirkannya. Lagi-lagi dia memaksaku untuk mulai menulisnya lalu menaruh ceritanya di kotak khayal. Aku ingin bangun siang tanpa rasa segan, karena aku berada di rumahku dan aku bisa melakukan apa saja sesukaku; aku ingin menata buku-bukuku di perpustakaan dan menulis hingga pagi di sana; aku ingin bernyanyi hingga ku menangis kala aku sedang sedih di ruang karaoke; aku ingin menonton film-film yang sudah lama aku ingin tonton di cinema room seharian, memasak menu Eropa di dapurku, membaca buku sambil minum teh di taman, dan mondar-mandir sesukaku tanpa sehelai pakaian di seluruh ruangan, karena ini rumahku.

Apa yang kau lakukan saat seseorang berkata bahwa dia ingin menjadi bagian dari rumahmu, rumah yang bahkan belum berpindah ke kotak cerita hidupmu? Aku sedikit terkejut dan bingung, tetapi aku senang saat itu juga karena kalimat, “Aku ingin menjadi bagian dari rumahmu” keluar dari mulutnya. Tapi siapa yang bisa menjamin kalau penghuni lingkaran terdalammu akan tetap berada di sisimu dan tidak pergi? Jadi, bagaimana dia dapat menjadi bagian dari rumahku jika aku baru bisa memindahkannya ke kotak kisah hidup entah kapan, entah 1, 2 atau 10 tahun lagi? Masihkan dia di sini? Entahlah.

Ternyata dia punya cara lain, yang baru kupahami seminggu setelah dia menyampaikan keinginannya. Dia memberiku bintang-bintang untuk kupasang di langit-langit kamarku. Ide yang tak terduga dan benar-benar menyentuh, ide yang membuktikan bahwa dia memang penghuni lingkaran terdalam angkasaku. Kini cerita di dunia khayalku bertambah, aku ingin sekali mengatakan satu kata itu padanya, suatu hari nanti. Aku benar-benar menginginkan itu, dan akan kukerahkan seluruh yang kupunya untuk mengucapkan kata itu padanya, suatu hari nanti.

Masih dari kotak khayalku, sepuluh tahun mendatang, “Dega, mau kemana?”, tanyanya padaku. Lalu kutersenyum dan menjawab, “Pulang”. Dega, rumah dan pulang, kami benar-benar cocok kan?

7 comments:

  1. Amin.. Insya Allah ya.. Kata pulang berbeda dengan pergi, ia selalu lebih berkorelasi dengan kedamaian, karena seolah-olah "kembali ke asal". Kalau pergi, lebih berkaitan dengan ketidakpastian dan kegusaran. Maka orang meninggal biasanya dibilang pulang, alih-alih pergi.

    ReplyDelete
  2. Amin...
    Iya, kalau pergi identik dengan "perjuangan panjang". Kalau orang pingsan dibilangnya apa?

    ReplyDelete
  3. Hiks...hiks...keren sekali..
    Aku terharu dengan kalian nak...

    ReplyDelete
  4. @Papillon: Kalo pingsan lebih ke perjalanan gelap, jadi kejeduk apa gitu.
    @Dian: Mbok ya tulisannya yang dikomentariiii.. bukan komennya.

    ReplyDelete
  5. @Syarif: Kalau pingsan itu lagi istirahat, untuk kemudian "bertempur" lagi.
    @Dian: Yang dibaca jangan komentarnya aja atuh..

    ReplyDelete
  6. yee...si dudul berduaan nih...itu juga gw komentar tentang tulisannya

    ReplyDelete
  7. Hahahahaha...
    Iya, iya, merci Dyence..

    ReplyDelete