Tuesday, November 24, 2009

Jalan-jalan

Kakak, keponakanku, suka sekali jalan-jalan. ”Tante, ayo kita jalan-jalan!” ajaknya. Keluar rumah, memakai sendal merah mudanya, tak lupa jilbab warna senada. ”Tante, mana jilbabnya?” pertanyaan yang memusingkan. ”Ketinggalan!” asal saja. Gerbang dibuka, jalan-jalan dimulai. Dari depan rumah neneknya yang berpagar abu-abu, jalan kami ke kanan menuju lapangan bulu tangkis. Harus menyeberang, hati-hati, lihat kiri dan kanan. Seperti pencuri. Aman, berlari kecil ia, kakak. ”Kita kemana, Kak?” tanyaku. ”Ke Alfamart, Tante!” usulnya cepat tanpa berpikir dulu. Mungkin sudah dipikir tadi di rumah. Pintar sekali.

Baiklah, jalan-jalan ke Alfamart. ”Mau apa kita ke Alfamart, Kak?” tanyaku basa-basi. ”Jajan donk, Tante!” benar saja, tak meleset dugaanku. ”Kakak bawa uang?” aku suka pertanyaan ini. Diam dia. ”Memangnya Tante gak bawa?” benar-benar pintar. Terseyumku tak tertahan, ”Iya, iya, bawa.” Tersenyum lebar sekali ia, tangannya menari maju mundur, mengayun nakal. Mengajak tangan kananku ikut menari bersama tangan kirinya. ”Jadi, ini Kak yang namanya jalan-jalan?” Nyegir, ”Sekalian, Tante. Jalan-jalan sambil jajan!” Pantas saja mamanya sering bilang, ”Memangnya jalan-jalan gak pakai uang?”

**********************************************************************************

”Perdegaan, kita jalan-jalan, yuk!”, itu Pak Sachri, teman kantorku. ”Jalan-jalan ke mana, Pak?” Mondar-mandir ia mengintip situasi jalan melalui jendela, ”Perputaran saja lah, sekitar sini!” Jangan pusing, memang begitu bahasanya. Punya rumus sederhana, satu kata ditambahkan awalan pe dan ditutup dengan akhiran an. Arbitraire. Bebas saja, boleh kata benda, kerja, kata sifat juga. ”Ayo!” jawabku.

Turun kami ke lantai dasar, keluar melalui lobi. Angin menyambut kami, angin yang selalu berhembus kencang, terutama kala hujan. ”Ke mana kita, Pak?" tanyaku sambil menunjuk jariku ke kiri dan ke kanan. ”Perkananan!” katanya. Maka berbelok kami ke kanan, berjalan cepat sambil berseloroh mengenai apa saja yang kami temui. Sikap Bapak satpam yang selalu siaga, petunjuk parkir yang menyesatkan supir taksi, restoran Italia baru di gedung sebelah, spanduk mengenai donor darah, para joki yang berdandan rapi, hingga pria penjaga toko furniture yang berselonjor di atas sofa dagangannya. Berjalan kami terus ke arah belakang gedung, ke samping apartemen, belok kanan ke arah tempat parkir, melalui gerobak pedagang rujak yang buahnya segar menggoda, lanjut melewati taman kering yang tak terawat, menyapa seorang Bapak satpam yang sedang bertugas, memasuki lahan parkir motor yang sempit, memotong jalan, muncul di depan restoran Cina yang ramai, berjalan terus ke arah pos satpam depan, berhenti sebentar. Pak Sachri mempertimbangkan untuk melanjutkan ke luar komplek perkantoran. ”Cukup, Pak!” ujarku. Setuju ia. Belok kanan lagi, masuk ke lobi, naik lift ke lantai delapan belas. Melelahkan juga jalan-jalan à la Pak Sachri.

**********************************************************************************

Coucou
Itu Dian muncul di kotak chatku.
Coucou
Jawabku.
Bosen neh ! Jalan-jalan yuk !
Jalan-jalan?
Iya, bosen kerja melulu. Loe gak bosen?

Kudiam, berpikir. Iya, bosan juga.
Iya, bosen.
Makanya, jalan-jalan yuk!
Ke mana?
Hmmm... mana ya? Yang deket aja. Jogja?
Aku Belum pernah ke Jogja.
Serius? Kapan?
Kapan ya? Secepatnya. Hampir meledak neh!

Maksudnya otak Dian yang hampir meledak.
Ada long week-end minggu depan.
Beneran?
Heeh.
Ok! Minggu depan. Jogja, we’re comin.
Heh? Kebelet amat! Nginep di mana? Naik apa?
Gampang! Pak Le gw ada di sana. Loe cari tiket kereta ya!
Di Internet?
Iya, dudul. Terus loe ke Gambir, beli.
Belom pernah.
Ya jadi pernah.
Kubuka situs kereta api, ada. Harganya bersahabat.
Okay. Kereta malam?
Yup! Bisa beli kapan?
Nanti jam istirahat.
Okay. Gw telepon Pak Le gw dulu ya!
Ok!
Kabarin kalau sudah dapat tiket.
Ok!
Jangan ok-ok aja! Jalan!
Iya, bawel.

Dua minggu setelahnya terdampar kami di Jogja, Malioboro, belanja menggila. Baju-baju, sendal, tas, jepit rambut, makanan, dompet, alas gelas, sumpit. Hampir semuanya bukan buat konsumsi pribadi, tapi oleh-oleh. Menyenangkan rasanya, menggila, di tengah antah berantah, untukku. Menyenangkan juga tentunya untuk Dian, tak jadi meledak ia. Bahagia karena berhasil jalan-jalan.

2 comments: