Sunday, November 1, 2009

Sudah di Jendela


Di luar sana memang terlihat menarik, membuatku penasaran di saat yang bersamaan. Hasratku meluap-luap untuk mencicipi udaranya, hembusan anginnya, air hujannya, aromanya, terik mentarinya, ritmenya, musiknya, debunya, rasa airnya, dinginnya, gunungnya, sungainya, serangganya, binatang buasnya, makanannya, kudapannya, jalan rayanya, gedung-gedungnya, alat transportasinya, keramahannya, kekejamannya, keanehannya, ketenangannya, kebisingannya, harta karunnya, kebanggaannya, aibnya, nafasnya, bahkan saljunya, sesuatu yang belum pernah kulihat dengan mata kepalaku sendiri.

Masa Sekolah Dasar lah yang memperkenalkanku pada banyaknya penghuni bumi, tetapi hasratku ini sepertinya terpupuk semenjak aku benar-benar mendalami bahasa lain, bahasa lain ketiga yang kupelajari tepatnya, dan semenjak aku bersentuhan secara nyata dengan para penghuni bumi dari belahan lain. Mengagumkan rasanya, ketika aku dapat menangkap pesan yang mereka sampaikan, saat aku dapat mengirimkan isi kepalaku dengan caranya, terlebih saat kami tertawa atas lelucon yang kami anggap lucu. Membanggakan rasanya, saat orang lain menatapku kagum ketika aku berbicara dengan cara yang berbeda. Membuatku ketagihan untuk mendalami cara-cara lain.

Di luar sana terlihat amat sangat menarik, terlebih saat aku mulai melihat gunungnya, sungainya, jalan rayanya, gedung-gedungnya, alat transportasinya, harta karunnya, kebanggaannya, aibnya, bahkan saljunya, melalui mata orang-orang yang ada dalam lingkaranku. Saat aku mulai mendengar ritmenya, musiknya, ketenangannya, kebisingannya, melalui telinga mereka. Bahkan aku dapat merasakan udaranya, hembusan anginnya, air hujannya, aromanya, terik mentarinya, debunya, airnya, dinginnya, makanannya, kudapannya, keramahannya, kekejamannya, keanehannya, kebanggaannya, aibnya, bahkan nafasnya melalui kata-kata dan pantulan cahaya dari mata mereka. Sayangnya hasratku mengenai serangga dan binatang buas belum terpuaskan. Campur aduk rasanya mengalami semua pengalaman itu melalui roh orang lain, senang, puas, tambah penasaran, bangga, ketagihan, bahkan iri, semuanya bercokol di hatiku.

Rohku ingin sekali ke luar sana, rasanya seperti sudah ada di jendela, benar-benar dekat, tapi belum saatnya, aku tahu. Right thing will come at the right time, aku percaya kata-kata bijak itu. Yang masih belum benar-benar kupunya, dan sedang kukumpulkan adalah keberanian, kecerdikan, dan kematangan persiapan, tetapi sepertinya aku juga membutuhkan sebutir keberuntungan, yang dapat memanggil rohku untuk mengalami semuanya sendiri, tanpa perantara. Karena aku benar-benar ingin tahu seperti apa di luar sana. Aku sudah sampai di jendela, dan akan tiba saatnya aku loncat keluar, perlahan tapi pasti, diam sesaat untuk memejamkan mataku, menghirup udara demi mempertahankan kesadaranku, lalu tersenyum, senyum hasil kesabaran dan perjuangan untuk keluar jendela. Dan kan kumulai proses belajarku yang baru, di, dari dan melalui bumi ini.

No comments:

Post a Comment